Sabtu, 15 April 2017

Makalah Translasi Mata Uang Asing

MAKALAH AKUNTANSI INTERNASIONAL

TRANSLASI MATA UANG ASING


Hasil gambar untuk logo gunadarma

Disusun Oleh :
Destya Dwi Rahmayanti
22213230
4EB28

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma

2017

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan, baik domestic maupun luar negeri. Untuk mecapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi.
            Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan, yang sama dari satu period ke periode lain sulit dilakukan.
            Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri. Seperti halnya dengan konsolidasi, transaksi dalam mata uang asing, seprti pembelian barang dagang dari China oleh sebuah importer dari Kanada, harus ditranslasikan karena laporan keuangan tidak dapat disusun dari akun-akun yang dinyatakan dalam lebih dari satu mata uang. 
            Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi risiko mata uanng jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran risiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan translasi mata uang asing ?
2.    Bagaimana metodologi dalam translasi mata uang asing ?
3.    Bagaimana perkerbangan akuntansi translasi mata uang asing ?
4.    Bagaimana praktik translasi di negara-negara lain ?
5.    Apa keuntungan dan kerugian translasi?

PEMBAHASAN
1.    Translasi Mata Uang Asing 
Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
Tiga alasan tambahan dilakukannya translasi mata uang asing, yaitu:
1.    mencatat transaksi mata uang asing;
2.    memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang; dan
3.    berkomunikasi dengan peminat saham asing.

Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap.
1.    Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi
antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat
mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
2.    Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang
yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang.  Transaksi pada pasar forward
mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat palsu pasar
forward.
3.    Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan,
atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang.

Efek Laporan Keuangan Terhadap Kurs Alternatif Translasi Mata Uang Asing
Tiga kurs translasi yang digunakan untuk mentranslasikan neraca mata uang asing terhadap mata uang domestik yaitu:
1.    Kurs saat ini; kurs yang berlaku pada tanggal laporan keuangan.
2.    Kurs historis; translasi mata uang yang berlaku saat asset dengan mata uang pertama kali
didapatkan atau saat kewajiban dengan mata uang asing pertama kali muncul.
3.    Kurs rata-rata; nilai rata-rata biasa atau dengan pembobotan baik pada kurs historis atau
saat ini.

2.    Metodologi Translasi Mata Uang Asing
1.    Metode Nilai Tukar Tunggal
Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan  dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan  satu kurs tunggal.
Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi risiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar negeri setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap didukung oleh inflasi lokal. Dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuntungan dan kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar. Kebanyakan keuntungan dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.

2.    Metode Nilai Tukar Ganda 
a.    Metode Current-Noncurrent
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.

b.    Metode Moneter-Nonmoneter
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.

c.    Metode Kurs Sementara
Translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang niai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya. Aktiva dan kewajiban lain-lain diukur sebesar harga uang saat pos-pos tersebut diakuisisi atau terjadi (harga historis). Namun demikian, beberapa pos diukur sebesar harga yang terjadi per tanggal laporan keuangan (harga kini), seperti persediaan berdasarkan aturan mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau harga pasar. 
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos pendapatan dan beban ditranslasikan sebesar kurs yang terjadi pada saat transaksi berlangsung. Metode temporal memiliki keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode moneter nonmoneter karena sengaja mengabaikan inflasi local, metode ini memiliki keterbatasan dengan metode translasi lain.Akuntansi biaya historis juga mengabaikan inflasi.

3.    Perkembangan Akuntansi Translasi pada Translasi Mata Uang Asing
Praktik akuntansi translasi telah berkembanga dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai inisiatif pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.

1.    Sebelum 1965
Accounting Research Bulletin (ARB) NO. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB NO. 43 mendorong penggunaan metode kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan kedalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.

2.    1965 – 1975
Bab 12 ARB No 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikaan berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.

3.    1975 – 1981
FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar.
Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat  ebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan.

4.    1981 – hingga kini
FASB mempertimbangkan kembali FAS no 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial AccountingStandars No.52 pada tahun 1981.

4.    Praktik-Praktik Translasi Mata Uang Asing Diberbagai Negara
Translasi mata uang asing telah diterapkan diberbagai negara seperti :
Inggris                 : laporan keuangan harus disesuaikan terlebih dahulu pada level harga saat
itu lalu ditranslasikan menggunakan kurs saat ini.
Jepang                 : kurs saat ini pada semua kondisi dengan penyesuaian translasi mata
uang asing yang diperlihatkan pada neraca dalam ekuitas pemegang
saham.
Amerika serikat  : metode kurs sementara.

5.     Keuntungan dan Kerugian Translasi
Perlakuan-perlakuan akuntansi menyebabkan penyesuaian-penyesuaian intemasional ini sama beragamnya dengan prosedur-prosedur translasi yang melatarbelakanginya. Karenanya, solusi-solusi yang masuk akal atas masalah bagaimana memperlakukan “keuntungan atau kerugian” translasi ini sangat dibutuhkan.
Pendekatan-pendekatan atas akuntansi bagi penyesuaian translasi dimulai dari pendekatan deferral (penundaan) hingga pendekatan yang tidak mengharuskan penundaan sama sekali, dengan perlakuan-perlakuan hibrida diantara keduanya.
Mayor deferal.Memasukkan penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba berjalan secara umum umum ditentang dengan alasan bahwa penyesuaian-penyesuaian tersebut hanyalah produk dari proses penyajian ulang. Yaitu, perubahan-perubahan dalam valuta domestik ekivalen dari aktiva bersih perusahaan anak di luar negeri “belum terealisasi”, tidak memiliki efek atas arus kas valuta lokal yang ditimbulkan oleh entitas di luar negeri yang mungkin sedang melakukan investasi ulang atau membayar kembali kepada perusahaan induk. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian semacam itu dalam laba berjalan, dengan demikian, akan menyesatkan. Dalam situasi-situasi ini, penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
Meskipun begitu, pendekatan deferral, mungkin ditentang dengan alasan bahwa nilai tukar tidak kembali ke keadaan semula dengan sendirinya. Bahkan jika hal itu terjadi, penyesuaian-penyesuaiati deferral atau transaksi akan didasari pada prediksi nilai tukar, upaya yang paling susah dalam praktik. Situasi-situasi bisa timbul dimana hasil-hasil operasi mengalami salah saji hanya karena kesalahan peramalan. Bagi beberapa pihak, penundaan kerugian atau keuntungan translasi menutupi perilaku perubahan nilai tukar; yaitu, perubahan-perubahan kurs merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai laporan keuanganakan terlayani dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai tukar dicatat ketika dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8(paragraf 199), “Kurs selalu berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa kurs tersebut stabil”.
Deferral dan Amortisasi. Beberapa pengamat menyukai penundaan keuntungan dan kerugian translasi dan mengamortisasikan penyesuaian-penyesuaian ini selama usia item-item neraca yang bersangkutan. Apresiasi marka terhadap dolar antar tanggal konsolidasi menghasilkan kerugian translasi. Berdasarkan asumsi bahwa biaya dari aset termasuk pengorbanan yang diperlukan untuk mengurangi dan menghapus kewajiban yang terkait, kerugian translasi akan diperlakukan sebagai bagian dari biaya aset yang bersangkutan dan diamortisasikan menjadi beban selama usia produktif aset Tersebut.
No deferral. Pilihan ketiga dalam akuntansi bagi keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian atau keuntungan tersebut dalam laporan laba-rugi secepatnya. Penundaaan macam apapun dianggap semu dan menyesatkan. Selain itu, kriteria-kriteria penundaan dianggap tidak mungkin diimplementasikan dan secara internal tidak konsisten. Jadi, pendekatan tradisionalnya adalah mengakui kerugian dengan segera tetapi hanya mengakui keuntungan sejauh keuntungan tersebut telah terealisasi. Walaupun bersifat konservatif, penundaan keuntungan translasi semata-mata dilakukan karena keuntungan “menolak” bahwa perubahan kurs telah terjadi.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba berjalan, sayangnya, berarti melibatkan elemen random dalam laba yang bisa mengakibatkan gejolak laba yang signifikan setiap kali nilai tukar berubah. Selain itu, memasukkan keuntungan dan kerugian “di atas kertas” semacam itu ke dalam laba yang dilaporkan bisa menyesatkan pembaca laporan keuangan, karena penyesuian-penyesuaian ini tidak selalu menyediakan informasi yang cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan.
Dari komentar-komentar diatas prosedur-prosedur translasi, jelas bahwa tujuan-tujuan dari translasi memiliki hubungan penting dengan hakekat dari setiap potensi penyesuaian translasi. Karenanya, jika suatu prespektif valuta lokal dipertahankan ( prespektif perusahaan lokal ), memasukkan penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak diperlukan. Keuntungn atau kerugian translasi harus ddiperlakukan disini sebagai penyesuaian terhadap modal, yang menyerupai perlakuan akuntansi bagi dampak-dampak perubahan tingakat harga umum.


Transaksi-Transaksi Valuta Asing

FAS No. 52, pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang wajib diterapkan di AS, mengharuskan perlakuan berikut ini untuk translasi mata uang asing:
·       Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
·       Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo yang berdenominasi dalam suatu mata uang harus selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs berlaku.
Berdasarkan basis ini,penyesuaian transaksi valuta asing (yaitu,keuntungan atau kerugian dari transaksi yang telah selesai) dari hutang atau valuta asing diperlukan setiap kali kurs berubah diantara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian untuk mencerminkan perbedaan antara jumlah yang awalnya tercatat dan jumlah penyelesaian.Jika laporan keuangan disiapkan sebelumtanggal penyelesaian,penyesuaian akuntansi (yakni, keuntungan atau kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan ) akan sama dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya tercatat dan jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.
FASB menolak pandangan bahwa pembedaan harus dibuat antara keuntungan dan kerugian dari transaksi yang telah selesai dan keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan,dengan memberi alasan bahwa pembedaan semacam itu tidak bisa diterapkan dalam praktik.Karenanya,FASB memutuskan keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan diperlakukan secara sama dengan keuntungan dan kerugian dari transaksi yang telah selesai.
Sudut Pandang Transaksi Tunggal
Dalam sudut pandang “transaksi tunggal”,penyesuaian pertukaran (baik yang telah selesai maupun yang belum) akan diperlakukan sebagai suatu penyesuaian atas perkiraan-perkiraan transaksi asli dengan alasan bahwa sebuah transaksi dan kemudian dilanjutkan dengan penyelesaiannya merupakan kejadian tunggal.
        Contoh: pada tanggal 1 Desember 19X1 , sebuah perusahaan manufaktur AS menjual, secara kredit.sejumlah barang ke importir Swedia seharga 1 juta Krona (SEK) ketika kurs $.20 = SEK 1 . Piutang tersebut akan jatuh tempo dalam 90 hari, dan perusahaan AS tersebut beroperasi berdasarkan basis tahun kalender.Sebelum penagihan  piutang dilakukan, krona mulai mengalami depresiasi.Pada akhir tahun,kurs menjadi $.19 = SEK 1; tanggal 1 Maret 19X2 menjadi $.17 = SEK 1.

                                                              VALAS                      DOLLAR
1/12/X1 Piutang                                       SEK 1,000,000           $200,000
                 Penjualan                                                   SEK 1,000,000          $200,000
             (Untuk mencatat penjualan kredit)
31/12/X1 Penjualan                                                                      10,000
                   Piutang                                                                            10,000
         (Untuk menyesuaikan perkiraan bagi perubahan kurs: SEK 1,000,000x($20-$19)

1/3/X2      Laba ditahan                                                               20,000
                     Piutang                                                                       20,000
     (Untuk menyesuaikan perkiraan bagi tambahan perubahan kurs: SEK 1,000,000x($19-$17)
1/3/X2      Valuta Asing                           SEK 1,000,000           $170,000
                      Piutang                                  SEK 1,000,000           $170,000
             (Untuk mencatat penyelesaian piutang valuta asing yang beredar)
Sudut Pandang Transaksi Ganda
       Dalam sudut pandang “transaksi ganda”, penagihan piutang krona dianggap sebagai kejadian terpisah dari penjualannya. Dalam ilustrasi sebelumnya,penjualan ekspor dan piutang yang timbul akan dicatat memakai kurs yang berlaku pada tanggal penjualan. Depresiasi krona antara tanggal 1 Desember dan 31 Desember akan menimbulkan kerugian pertukaran (yaitu,kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan) dan tidak akan mempengaruhi angkat pendapatan yang sebelumnya tercatat.Penyelesaian piutang valuta asing pada tanggal 1 Maret 19X2, dengan kurs yang lebih rendah dari sebelumnya,akan menimbulkan kerugian tambahan.
                                                              
     VALAS                      DOLLAR
1/12/X1 Piutang                                       SEK 1,000,000           $200,000
                 Penjualan                                    SEK 1,000,000           $200,000
     (Untuk mencatat penjualan kredit pada kurs tanggal 1/12/X1)
31/12/X1 Kerugian Valuta Asing                                                      10,000
                 Piutang                                                                                 10,000
     (Untuk mencatat dampak perubahan kurs awal)
1/3/X2   Valuta Asing                              SEK 1,000,000             $170,000
               Kerugian Valuta Asing                                                      20,000
                 Piutang                                       SEK 1,000,000                 $190,000
     (Untuk mencatat penyelesaian piutang valuta asing)
Kontrak ‘Forward’
Kontrak  forward umumnya digunakan oleh para importir atau eksportir pada saat barang,yang di invoice dalam valuta asing,dibeli dari atau dijual kepada pihak pihak diluar negeri.Tujuan dari kontrak forward adalah untuk melindungi risiko keuntungan atau kerugian transaksi yang timbul akibat fluktuasi nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian.Kontrak forward juga digunakan untuk meng-hedge piutang atau hutang valuta asing (komitmen-komitmen valuta asing),untuk menutupi keuntungan dan kerugian translasi,dan untuk melakukan spekulasi valuta asing.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,kontrak forward adalah suatu persetujuan untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu valuta asing pada tanggal tertentu dimasa depan dan pada kurs tetap yang disebut kurs forward. Perbedaan antara kurs forward dan kurs spot yang berlaku pada tanggal kontrak forward menimbulkan premium (kurs forward > kurs spot) atau diskon,dan jika dikalikan dengan jumlah valuta asing yang akan diterima atau dikirimkan berdasarkan kontrak tersebut,menghasilkan premium atau diskon atas kontrak forward yang dapat diakui (recognizble).



Keuntungan/Kerugian

Diskon/Premium

Translasi valuta asing yang belum selesai

Diakui dalam laba berjalan


Diakui dalam laba berjalan


Komitmen valuta asing yang dapat diidentifikasi


Ditunda dan dimasukkan dalam transaksi valuta asing berbasis dollar

Perlakuan yang sama dengan keuntungan / kerugian yang berkaitan,atau dimasukkan dalam laba berjalan

Posisi aktiva / kewajiban neto terbuka





















1.     Valuta asing adalah valuta fungsional

Diungkapkan dalam komponen modal konsolidasi terpisah

Perlakuan yang sama dengan keuntungan / kerugian yang berkaitan,atau dimasukkan dalam laba berjalan

2.     Dollar adalah valuta fungsional

Diakui dalam laba berjalan

Diakui dalam laba berjalan


Spekulasi

Diakui dalam laba berjalan


Diakui dalam laba berjalan

Contoh Kasus:
Pembelian adalah kurs jual/beli dimasa yang akan datang yang disepakati sekarang. Misal pada 1 Nov 2006 PT.P sepakat mengikat kontrak 90 hari membeli $1.000 dengan kurs Rp 10.000 per $1 dimana  pembelian akan dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2007 (eksekusi).

Kurs Forward 30 hari tgl 31 Desember adalah Rp 11.000 per $1

Kurs spot (yaitu kurs berlaku pada saat itu atau pada saat kontrak terjadi) adalah Rp 9.000 per $1. pada 31 des 2006 Kurs yang berlaku adalah Rp 9.500 per $1 sedangkan kurs pada saat pelunasan Rp 12.000 per $1. atas transaksi ini maka jurnal yang dilakukan adalah:


-Jurnal PT.P  Pada saat kontrak 1 Nov 2006
                        Piutang Kontrak…………..Rp 10.000.000
                                    Hutang Kontrak Forward…………..Rp 10.000.000
                        ($1.000 x Rp 10.000)


-Jurnal PT.P  pada saat 31 des 2006:
                        Piutang Kontrak…………….Rp 1.000.000
                                    Keuntungan Selisih kurs……..Rp 1.000.000
                        ($1.000 x (Rp 11.000 – Rp 10.000)

              
-Jurnal Pada saat eksekusi 1 Februari 2007
                        Kas…………………………..Rp 12.000.000
                                    Keuntungan selisih kurs………….Rp 1.000.000
                                    Piutang Kontrak…………………..Rp 11.000.000

                        ($1.000 x Rp 12.000 = Rp 12.000.000)
                        ($1.000 x 12.000 – Rp 11.000 = Rp 1.000.000)
             
-Jurnal Pembayaran hutang kontrak 1 februari 2007:
                        Hutang Kontrak………….Rp 10.000.000
                                    Kas……………………………..Rp 10.000.000

KONTROVERSI BERLANJUT
Perspektif Laporan
Harga Perolehan
Konsep Pendapatan
Laba Terkelola

Translasi Mata Uang Asing dan Inflasi

            Suatu hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi suatu negara dengan nilai eksternal valutanya telah dibuktikan secara empiris.Konsekuensinya,pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan biaya aktiva aktiva non moneter,yang terdapat dalam lingkungan inflasioner,pada akhirnya akan menghasilkan valuta domestik ekivalen yang jauh lebih rendah dari basis pengukuran aslinya.pada saat yang sama,laba hasil translasi akan lebih tinggi karena beban depresiasi yang lebih rendah.Hasil hasil translasi semacam itu dengan mudah bisa menyesatkan,bukannya membantu pemberian informasi.Valuasi nilai dolar yang lebih rendah biasanya akan meng-understate kemampuan laba aktual dari aktiva aktiva luar negeri dimasa depan.
            Daripada menangani isu isu diatas,FASB menentang penyesuaian inflasi yang dilakukan sebelum translasi,menganggap bahwa penyesuaian semacam itu tidak konsisten dengan kerangka penilaian biaya historis yang dipergunakan dalam laporan laporan keuangan dolar AS.Sebagai solusi awal,FAS No.52 mewajibkan pemakaian dolar AS sebagai valuta fungsional bagi operasi operasi luar negeri yang berdomisili dam lingkungan hiperinflasi,yaitu negara negara yang memiliki tingkat inflasi kumulatif melebihi 100% selama periode 3 tahun.Prosedur ini akan mempertahan nilai dolar ekivalen dari aset aset dalam valuta asing tetap konstan,karena aset aset tersebut sekarang akan ditranslasikan memakai kurs historis(per metode temporal).



PENTUTUP

Kesimpulan
Translasi  mata uang asing adalah proses informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Alasan dilakukannya translasi mata uang asing , yaitu : (1) mempersiapkan laporan keuangan gabungan; (2) Berkomunikasi dengan peminat saham asing; (3) Memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang; (4) Mencatat transaksi mata uang asing; (5) mempersiapkan laporan keuangan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global. Metode translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik atau metode yang menggunakan berbagai macam kurs.  Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang domestic dan harus diakui, terdiri atas : (1) Penangguhan; (2) Pengangguhan dan Amortisasi; (3) Penangguhan parsial; (4) Tidak ditangguhkan. Berdasarkan Gambaran Standar No.52/Standar Akuntansi Internasional 21, translasi mata uang asing dapat terjadi pada tiga keadaan, diantaranya adalah translasi saat mata uang lokal adalah mata uang fungsional, translasi saat mata uang induk perusahaan adalah mata uang fungsional, translasi saat mata uang asing adalah mata uang fungsional. Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya.


Daftar Pustaka :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar